MADILOG
Tan Malaka (1943)
BAB I
LOGIKA MISTIKA
Demikianlah Firmannya Maha Dewa Rah
:
Ptah : maka timbullah bumi dan
langit.
Ptah : maka timbullah bintang dan
udara.
Ptah : maka timbullah sungai Nil dan
daratan.
Jika saya silap mencatat (di luar
kepala) Firmannya Maha Dewa Rah itu, maka silapnya itu tak akan beberapa.
Tetapi saya pikir maknanya sudah tersimpul pada catatan di atas ini. Firman
Maha Dewa Rah sudah tentu banyak juga kawannya di dunia sekarang. Firman Maha
Dewa Rah sudah cukup, memberi gambarannya LOGIKA MISTIKA atau logika yang
berdasarkan rohani.
Negara-kuno, yang kita kenal paling
tua dan paling unggul, ialah Negara Egypte, yang sekarang juga dinamai Mesir.
6000-8000 tahun dahulu penduduk Mesir sudah tersusun di bawah perintahnya
Pharao, yang juga menguasai hidup dan mati rakyatnya. Maha Dewa Rah yakni Dewa
Matahari, ialah Dewa yang terkuasa di antara beberapa dewa.
Para pemirkir Egypte, yang di
antaranya banyak sekali menurunkan ilmu dalam hal obat-obatan,
hitung-menghitung dll, kepada beberapa negara lain di luar Egypte, seperti
Punisa, Yunani dll, tentu juga memikirkan asalnya bumi dan bintang, memikirkan
asalnya dunia yang terkembang.
Rah adalah Dewa Matahari, ialah
Rohani, yang lebih dahulu adanya dari pada dunia, bumi, dan bintang dan langit.
Maha Dewa Rah tentulah sempurna, yakni Maha Terkuasa, asal dari pada semua
benda yang ada di dunia ini. Dengan Firman yang berbunyi Ptah saja Bumi,
Langit, Bintang, beribu juta, sungai nil dan gurun Pasir bisa timbul. Timbulnya
itu adalah pada satu saat saja, sesudah perkataan Ptah tadi difirmankan. Jadi
rohanilah yang pertama, zatlah yang kedua. Zat ini berasal dari Rohani. Bukan
sebaliknya, yakni rohani yang berasal dari zat
.
Rah tak perlu menunggu-nunggu, seperti pak tani menunggu-nunggu padinya sesudah benihnya ditanam. Kalau dia mesti menunggu, maka ini berarti, bahwa dia pasti takluk pada Sang Waktu. Jika begitu maka Maha Dewa Rah bukanlah terkuasa. Ringkasnya, Maha Dewa Rah itu terkuasa, tidak takluk kepada Zat dan waktu. Jika begitu, maka Maha Dewa Rah bukanlah terkuasa. Ringkasnya, Maha Dewa rah itu terkuasa, tidak takluk kepada Zat dan waktu
.
Firman RAH itulah yang menggambarkan jawab yang paling jitu dan konsekwen, jujur-dasar, atas pertanyaan yang maha penting dalam Filsafat: manakah yang pertama, dan mana yang kedua, mana yang asal dan mana yang akibat, di antara Zat dan Rohani?
.
Rah tak perlu menunggu-nunggu, seperti pak tani menunggu-nunggu padinya sesudah benihnya ditanam. Kalau dia mesti menunggu, maka ini berarti, bahwa dia pasti takluk pada Sang Waktu. Jika begitu maka Maha Dewa Rah bukanlah terkuasa. Ringkasnya, Maha Dewa Rah itu terkuasa, tidak takluk kepada Zat dan waktu. Jika begitu, maka Maha Dewa Rah bukanlah terkuasa. Ringkasnya, Maha Dewa rah itu terkuasa, tidak takluk kepada Zat dan waktu
.
Firman RAH itulah yang menggambarkan jawab yang paling jitu dan konsekwen, jujur-dasar, atas pertanyaan yang maha penting dalam Filsafat: manakah yang pertama, dan mana yang kedua, mana yang asal dan mana yang akibat, di antara Zat dan Rohani?
Tetapi ilmu Pasti, seperti ilmu
bintang, ilmu alam, ilmu pisah (kimia), ilmu matematika dll, yang semuanya
sekarang diajarkan di sekolah di lima benua yang kita kenal ini, ialah
berdasarkan Filsafat yang sebaliknya. Disini Rohani berupa Kodrat, Kracht,
Force, tiadalah dianggap barang yang terpisah, barang yang berdiri sendirinya,
barang yang bisa melahirkan Zat, dalam waktu yang lebih cepat dari sekejap
mata. Disini Force, Kodrat itu, terkandung oleh Matter, oleh benda. Dimana ada
benda disana baru ada Kodrat.
Benda yang oleh bangsa Yunani dahulu
kala dinamai electron mengandung kodrat yang dinamai listrik. Besi-berani yang
kita semuanya kenal, menarik besi biasa dsb. Benda mesti dahulu kita saksikan,
barulah dibelakangnya bisa kita saksikan kodratnya. Kodrat listrik, tiadalah
bisa kita lihat rupanya, tetapi kita saksikan kekuatannya. Kekuatannya ini bisa
kita ukur dengan tepat. Kodrat listrik itu bisa menggerakkan mesin, bisa
memberi panas dan cahaya. Tetapi kodrat listrik itu tak bisa membikin zat baru,
seperti orang, hewan, malah sebutir beraspun listrik itu tak bisa bikin. Jadi
buat ilmu Pasti Kodrat itu tak bisa terpisah dari benda. Lagi pula mesti ada
benda dahulu, baru dibelakangannya timbul kodrat. Electron atau dynamo dahulu,
baru dibelakangnya ada kodrat listriknya. Tidak ada bendanya, tak ada pula
kodratnya. Energy, kodrat semata-mata tak bisa menimbulkan benda.
Cepatnya Maha Dawa RAH menimbulkan
bumi dan langit; betul cepat sekali menggambarkan Maha-Kuasanya Dewa RAH!
Tetapi hal ini bertentangan benar dengan Law Evolution inilah yang dipakai oleh
Charles Darwin buat membentangkan timbul, tumbuh dan tumbangnya hewan serta
tumbuhan. Kalau Law of Evolution Undang Pertumbuhan itu tumbang, maka
tumbanglah pula ilmu biology, ilmu hidup tentang hewan dan tumbuhan.
Tumbanglah pula gedung ilmu, yang sudah menimbulkan puluhan raksasa berpikir
dari ilmu, yang sudah nyata sekali manfaatnya buat seluruhnya umat manusia.
Gedung ilmu biology adalah amat permai sekali dan senantiasa ditambah permainya
oleh para ahli pertumbuhan di dunia ini. Emanuel Kant, ahli Filsafat Jerman
yang kesohor itu memakai undang pertumbuhan buat membentangkan timbul tumbuh
dan tumbangnya bumi, matahari serta juta-juta bintang di langit. Sistem yang
dibangunkan oleh Darwin dan Kant, boleh diperiksa dan dikritik, karena
memangnya pula sifatnya ilmu pasti, ialah tahan uji. Kalau sistem itu tak bisa
diperiksa kebenarannya dan tak bisa dikritik, maka matilah Ilmu Pasti itu.
Tetapi walupun sesuatu sistem dari sesuatu ilmu itu bisa mati, Undang
Pertumbuhan, The Law of Evolution akan tetap tinggal.
Syahdan menurut Darwin, maka
tumbuhan-tumbuhan, hewan dan manusia itu adalah hasil dari pertumbuhan yang
lama, beratus, beribu, malah berjuta-juta tahun, dari dua-tiga biji-asli
(cells) sampai ke manusia. Menurut Kant dan para ahli bintang lainnya di zaman
sekarang, maka ribuan juta-jutaan bintang dan bumi di langit itu, adalah
pertumbuhan yang lama, juta-jutaan tahun pula dari permulaan molten Mass, benda
lebur sampai ke bentuk dunia yang sekarang.
Semua perubahan dalam juta-jutaan
tahun itu, dari leburan benda sampai bumi dan bintang di langit, dan beberapa
biji-asal tadi sampai ke manusia ada mempunyai keadaan dan sebab. Oleh karena
berlainan keadaan hidup, umpamanya berlainan iklim, maka biji asal tadi
menjelma menjadi ikan. Lama kelamaan ikan menjelma menjadi amphibi (hewan yang hidup
di air dan daratan, seperti kodok dll). Amphibi lama kelamaan menjadi reptil
(bintang menjalar seperti ular). Reptil lambat laun menjelma menjadi binatang
yang menyusukan anaknya, seperti lembu dan monyet. Monyet inilah yang menderita
penjelmaan dalam jutaan tahun sampai timbul hewan berupa manusia. Semua
penjelmaan itu berlaku menurut undang yang nyata dan sebab serta akibat yang
nyata dan tetap, dalam waktu jutaan tahun. Maha Dewa Rah menjelmakan Bumi dan
Bintang, sungai nil dan daratan dsb dalam sekejab mata saja, ialah selama
membunyikan Firman PTAH saja. Tetapi menurut Undang Pertumbuhan maka
penjelmaan tadi terjadi dalam dalam juta-jutaan tahun. Dalam penjelmaan itu
bukan kodrat yang dahulu, melainkan benda, matter. Disinilah LOGIKA
MISTIKA mendapat tantangan hebat dari ILMU PASTI dalam hal pelaksanaan
UNDANG PERTUMBUHAN (The Law of Evolution). Dalam hal pelaksaan lainpun,
dalam undang lain dari ilmu pasti, logika MISTIKA tadi mendapat tantangan pula.
Tiangnya ilmu kodrat (Mechanika),
ialah satu cabang dari ilmu pasti, ialah "The Law of Conservation of
Force’’, yakni Undang Tentang Ketetapan Jumlah Kodrat di dunia ini. Kawannya
ialah Undang ketetapan Jumlah Benda di dunia ini. Syahdan menurut Undang
Ketetapan Kodrat itu, maka kodrat yang hilang pada satu bentuk bisa didapat
pada bentuk yang lain. Jadi jumlahnya kodrat tadi tinggal tetap saja. Undang
ini dilaksanakan oleh Joule, seorang Ahli Ilmu Kodrat Inggris (1818-1889),
seperti berikut :
Dengan empat cara, Joule membuktikan
persamaan panas dan Kodrat (mechanica) energy. Dia dapatkan, bahwa buat
menaikkan panasnya 1 pond air dengan 1 derajat, perlu dipakai 772 feet-pounds,
kaki-pond. Artinya, ialah banyaknya kodrat yang perlu dipakai buat menaikkan
772 pond satu kaki ke atas.
Jadi Joule mendapat panas. Tetapi
dia kehilangan kodrat. Jumlah kodrat di dunia tinggal tetap seperti dahulu.
Cuma sekarang kodrat yang hilang itu berupa panas, yaitu satu bentuk dari
kodrat juga. Banyak persamaannya dengan seorang hartawan yang umpamanya
mempunyai uang yang nilainya R. 1.000.000., tetapi yang R. 500.000. dia belikan
rumah, kapal dan sebagainya. Sebagian dari hartanya sudah bertukar rupa, ialah
menjelma menjadi rumah, kapal dsb. Tetapi jumlah nilainya tetap R. 1.000.000.
juga. Hartanya itu betul bertukar bentuk, uang mas bertukar menjadi rumah,
kapal dan sebagainya, tetapi rumah dan kapal itupun harta juga. Begitu juga
Joule mengadakan undangan tentang perhubungan panas listrik. Undang ini dipakai
pada persoalan lampu.
Seperti jumlahnya kodrat itu tetap
di alam ini, begitu juga jumlah benda (mass). Satu benda yang berupa Zat-Asli
(element) bisa hilang. Tetapi yang timbul umpamanya kayu atau daging. Garam
yang terkandung oleh bangkai hewan atau mayat manusia yang hilang, bisa dicari
pada tumbuhan yang mengisap garam tadi. Yang hilang ialah garamnya atau airnya
kucing atau manusia, yang timbul ialah bambu atau pohon kelapa. Jumlah zat atau
benda di alam tetap, seperti dahulu juga. Kalau beratnya manusia yang hilang
itu 50 kg, maka berat kayu yang berganti itu 50 kg pula.
Zat-Asli (element) yang dikenal di
dunia sekarang ini adalah 92 buah. (Di zaman dulu cuma 4 buah saja, ialah
tanah, air, udara, dan api. Tak heran kalau besok atau lusa angka 92 sekarang
akan ditambah lagi). Bagaimana Zat-Asli yang 92 buah yang sekarang itu berpadu
dan berpisah sudah banyak pula dikenal.
Seorang guru sekolah, di Inggris,
bernama Dalton, mendapatkan satu Undang yang amat penting buat Ilmu Pisah.
Undang itu dinamai "Law of Constant Composition’’, yakni Undang perpaduan
dari Zat-Asli bernama Oxygen (Zuurstof) dan Hydrogen (Waterstof). Bagaimanapun
air itu diperoleh, dalam kamar ilmu pisah (labolatorium) ataupun di udara,
sebagai air hujan, air itu tetap satu perpaduan Oxygen dan Hydrogen, atas
perbandingan yang tetap pula. Dalam kamar ahli pisah mesti dipakai 88,9 %
Oxygen dan 11,1 % Hydrogen. Di udarapun perbandingan itu tetap begitu. Begitu
juga perpaduan semua benda yang lain-lain, berlaku menurut undangnya Dalton
tadi. Demikianlah garam dapur yang dibikin di kamar Ahli Pisah, ditambang
ataupun di air laut takluk kepada undangnya Dalton.
Kalau keperluan satu benda atas 92
macam zat-asli tadi sudah diketahui, maka tambah atau susutnya benda itu
sesudah beberapa lama dapatlah pula dihitung. Seorang bayi yang beratnya baru 3
kg, tetapi sesudah umpamanya 20 tahun menjadi 53 kg, maka tambahan yang 50 kg
dalam 20 tahun itu bukanlah tambahan oleh kodratnya malaikat ataupun setan.
Tambahannya itu ialah zat minyak (vet), putih telur (eiwet, protein), tepung
(zetmeel, carbohydr) air dll, zat yang diterima oleh bayi tadi dalam waktu 20
tahun tadi.
Kalau satu mayat yang beratnya 50 kg
sesudah beberapa tahun cuma tinggal 20 kg tulang belaka, maka daging yang
hilang, yang terdiri dari beberapa zat-asli yang sudah diketahui itu, tiadalah
melayang ke matahari, bulan ataupun lain tempat, melainkan tinggal dalam daerah
bumi kita, dalam bumi dan udara dikelilingnya. Barangkali sebagian dikandung
oleh tumbuhan disekitarnya tumbuhan tadi, di dalam tanah atau air yang disana
sini atau di udara. Hilangnya zat-asli di alam ini bisa didapat kembali di
tumbuh-tumbuhan atau hewan dalam alam kita juga. Tambahnya zat-asli itu boleh
dihitung dari zat-asli yang bebas dari kandungannya hewan atau tumbuhan di
tempat yang mendapat tambahan tadi. Jumlah di alam tetap saja seperti dahulu.
Tak ada tambahnya dan tak ada pula kurangnya. Seandainya bumi kita sekarang ini
mempunyai jumlah zat X kg, tetapi besok Cuma X-y kg, maka yang Y kg itu boleh
kita cari pada tumbuhan, hewan ataupun manusia yang menerimanya. Jumlahnya di
dunia tetap X kg juga.
92 elemen zat-asli yang dikenal
sekarang, yang ada di bumi dan udara kita pulang pergi, tumbuh atau mati,
menjelma menjadi tumbuhan, hewan dan manusia dan kembali pula ke tanah atau
udara. Jumlahnya tetap, berpadunya atau berpisahnya berlaku menurut undang yang
tetap. Hilang pada satu tempat, terdapat pada tempat yang lain. Tak ada tambah
jumlahnya. Tak pula ada kurangnya. Benda itu tetap jumlahnya. Kodrat (energy)
itu tetap pula jumlahnya, di dunia ini, di bumi dan sekalian bintang di langit,
serta di udara yang terdapat di alam ini.
Tadi LOGIKA MISTIKA mendapat
bantahan dari UNDANG PERTUMBUHAN (The Law of Evolution). Dalam
uraian kita di atas ini, kita lihatlah perbantahan yang lain. Logika MISTIKA
pertama berbantah dengan Undang Tentang Ketetapannya Jumlah Kodrat Di dunia ini
(Joule). Bertentangan pula dengan kawannya ialah Undang Ketetapan Jumlah Benda.
Sama sekali tiada bisa dicocokan dnegan Undang Perpaduan yang tetap (Dalton).
Diperingatkan lagi, bahwa Maha Dewa RAH dalam kurang dari sekejap mata, dengan
kata PTAH saja, menimbulkan berjuta-juta bintang, bumi dan langit.
Pertama disini kita lihat kejadian
yang berlawanan dnegan common sense, pikiran sehat. Baik dalam kamarnya ahli
pisah ataupun diluarnya tak pernah kita menyaksikan satu kata bisa menimbulkan
benda. Dalam dongeng atau cerita memang kita cukup menjumpai kegaiban itu.
Tetapi dalam 40 tahun belakangan ini saja, di antara 2.000.000.000 manusia itu
belum pernah saya dengar satu makhluk yang bisa dengan kata saja menimbulkan
seekor macan, jangankan lagi Bumi atau Bintang. Rohani, kata kosong, menurut
pikiran sehat tak bisa menimbulkan benda. Tak ada itu tak bisa menimbulkan ada.
Dalam dialektika Idealisme kita bisa menjumpakan kosong mengandung arti ada,
atau tak ada mengandung arti ada. Tetapi dalam logika ataupun Dialektika yang
berdasarkan kebendaan, hal itu adalah mustahil, satu omong kosong. Lapar tak
berarti kenyang buat si miskin. Si Lapar yang kurus kering tak akan bisa kita
kenyangkan dengan kata kenyang saja, walaupun kita ulang 1001 kali.
Kedua, sudah kita lihat, bahwa
menurut Undang tentang Ketetapannya Jumlah Kodrat, satu rupa kodrat bisa
menjelma mengambil rupa yang lain. Cuma jumlahnya di dunia tetap adanya. Jadi
kalau Rohani atau kodrat panas, kodrat uap, kodrat listrik atau besi berani
yang ada di dunia ini, mestinya kodratnya RAH kehilangan jumlah kodrat yang ada
di seluruhnya dunia. Pendek kata, RAH itu sendiri tak mempunyai kodrat lagi,
RAH sendiri sudah bertukar menjadi kodrat Alam, Natural Force, yang berupa
panas, cahaya, listrik dll. Yang semuanya terkandung dalam benda di seluruh
alam kita.
Ketika semua benda di alam ini :
bumi, matahari, bintang, tumbuhan, hewan dan manusia – mestinya menurut Undang
Ketetapan Jumlahnya Benda, datangnya dari benda juga. Cuma rupanya benda-asal
itu berlainan dari benda-jadi ini. Bagaimana satu bentuk benda menjelma menjadi
bentuk yang lain, berlaku menurut Undang Perpaduan seperti sudah ditetapkan
oleh Dalton. Tegasnya benda-asal mesti ada lebih dahulu, baru benda yang ada di
dunia sekarang bisa pula ada.
Benda asal itu menurut Kant adalah benda-lebur (molten-mass). Dari benda-lebur itu berjalan sepanjang Undang Perpaduan dan Perpisahan (Dalton dll). Sesudah juta-jutaan tahun kita sampai kepada beberapa cenkiemige cellen, yakni beberapa biji-asli yang bertunas satu. Beberapa biji-asli yang bertunas satu ini sesudah jutaan tahun pula, berhubung dengan perubahan iklim dsb. sepanjang Undang Pertumbuhan (Darwin) kita akhirnya sampai ke alam kita sekarang.
Benda asal itu menurut Kant adalah benda-lebur (molten-mass). Dari benda-lebur itu berjalan sepanjang Undang Perpaduan dan Perpisahan (Dalton dll). Sesudah juta-jutaan tahun kita sampai kepada beberapa cenkiemige cellen, yakni beberapa biji-asli yang bertunas satu. Beberapa biji-asli yang bertunas satu ini sesudah jutaan tahun pula, berhubung dengan perubahan iklim dsb. sepanjang Undang Pertumbuhan (Darwin) kita akhirnya sampai ke alam kita sekarang.
Sebagai kebulatan pemeriksaan kita
sampai sekarang kita bisa tetapkan, bahwa penimbulan dunia benda dan kodratnya
itu oleh Rohani atau Firman dalam sekejap mata saja adalah berlawanan sekali
dengan segala undang yang dipakai dalam ilmu pasti.
Marilah sebentar mengendalikan,
bahwa Rohani itu terdiri dari Zat. Inipun ada mengandung perbantahan diri
sendiri. Bukankah Rohani itu dianggap suci, tidak kotor seperti zat. Terkuasa,
artinya tidak takluk kepada undang dan sifat yang mengenai zat, Rohani tak bisa
berubah, tumbuh atau susut, sakit atau senang, hidup atau mati, bersih ataupun
kotor. MAHA DEWA RAH, ialah terkuasa, tersempurna, tersuci, tak bisa dikenal
oleh undang yang mengenai zat. Kalau DIA masih bisa dikenal oleh undang yang
mengenai zat, bukanlah ia RAH lagi, bukanlah ia tekuasa lagi, bukanlah pula DIA
maha sempurna dan maha suci lagi !
Belumlah lagi habis saya tuliskan
yang diatas ini, maka menjelmalah di depan saya rohnya para pemikir Egypte.
Mereka dengan kawannya para ahli kegaiban yang ada di sekitar kita sekarang
membantah dengan keras. Dewa RAH menimbulkan zat dengan segala undang yang
dipakai dalam ilmu PASTI sekarang supaya sesudah ditimbulkan itu, alam bisa
bekerja sendiri menurut undangnya sendiri. Buat menyelidiki yang di belakang
ini saya tiada perlu memakai cara membantah dengan mengandaikan seperti di atas
tadi, yang dalam Ilmu Logika dinamai cara reductio ad absurdum. Menurut cara
itu tadi rohani itu sebentar diandaikan zat. Sekarang boleh saya pakai cara
yang lazim dipakai oleh orang desa ialah menghitung dengan memakai jari.
Kini persoalan bukanlah lagi mana
yang bermula Zat ataukah Roh, melainkan siapa yang terkuasa Dewa RAH ataukah
ALAM? Tiga jawab yang mungkin, dan tiga jari pula yang perlu dipakai.
- Dewa Rah lebih kuasa dari Alam dan Undangnya.
- Dewa Rah sama kuasa dengan Alam dan Undang Alam.
- Dewa Rah kurang kuasa dari Alam dan Undang Alam.
Balik kita kejari ke 1, yakni pada
telunjuk yang mengatakan bahwa Dewa Rah lebih kuasa dari Alam dan Undangnya!
Menurut Ilmu Bintang zaman sekarang,
maka jutaan Bintang dan Bumi beredar menurut Undang yang pasti, ialah undangnya
Newton. Undang itu diakui syah, dipelajari di sekolah, dan dipakai oleh Ahli
Bintang buat menghitung hal yang berkenaan dengan bumi dan bintang. Undang
Newton tetap diakui syahnya, walaupun Einstein dalam beberapa perhitungan bisa
mendapatkan hasil yang lebih jitu. Kalau undang alam yang dilukiskan oleh
Newton itu jatuh, ataupun satu menit saja berhenti, maka kacau balaulah jutaan
bumi dan bintang tadi. Tetapi selama Ilmu Pasti lahir dan ahli-ilmu-pasti
memperhatikan jalannya Bumi dan Bintang ini, belumlah satu saat juga undang
gerakan bintang itu dapat perkosaan. Belum pernah Maha Dewa RAH – yang mestinya
masih ada menahan matahari naik, atau mencegah matahari turun Pasti Rah tak
akan bisa.
Peralaman (Experimenten) yang
dijalankan dalam Laboratorium pada 5 benua di muka bumi ini belum pernah
memungkiri Undang yang dikenal, dalam Ilmu Kodrat (Mekanika) Ilmu Alam, Ilmu
Pisah dll. Undang alam itu terus jalan dengan tetap pasti, tak perduli, di
waktu mana ataupun tempat mana juga. Dimana saja, bila saja undang itu
dilaksanakan, dia berjalan tetap terang. Seperti pepatah Indonesia: Terang,
bersuluh bulan dan matahari, bergelanggang di mata orang banyak. Pasti pula
Maha Dewa Rah tak akan bisa merubah jalannya undang itu, pasti tak bisa.
Seorang pemikir nakal pernah
berkata: yang kuat di alam ini mengalahkan yang lemah. Undang Alam ini sudah
termasuk ke dalam common sense. "Ini semut’’,katanya pula, "ini jari
saya, lebih kuat dari semut itu’’, katanya terus. "Kalau ada Kodrat, yang
bisa mencegah Alam menjalankan Undangnya, tolonglah semut ini’’, katanya yang
penghabisan. Pada saat itu juga ditekankannya jari pada semut yang lemah tadi.
Semut tadi pasti mati. Quot erat demonstandum. Demikianlah dibuktikan
kebatalannya andaian ke 1 tadi.
2. pada jari tengah Dewa Rah sama
kuasa dengan alam dan undang alam.
Kalau begitu apa gunanya menyembah
Dewa Rah? Dewa Rah tidak diketahui jalannya. DIA adalah satu kegaiban yang maha
besar. Sedangkan alam bukanlah semuanya gaib, sudah banyak diketahui undangnya,
jalannya. Boleh dilihat akibatnya dan disimpulkan segala buktinya. Ditunjukkan
kebenarannya dengan tak pernah mungkir. Boleh dipakai undangnya itu buah
keselamatan dan kesenangan didup. Jadi lebih baik sembah junjung dan puja alam
saja, barang yang nyata itu. Seandainya Maha Dewa RAH tak menyetujui hal ini,
maka dia boleh parani alam dan kalau perlu berjuang, mengukur kekuatan dengan
alam. Karena kekuatan RAH dan Alam itu seperti sudah kita andaikan tadi sama, maka
kita makhluk yang hina ini boleh menjadi penonton saja. Kita tak perlu takut.
Dewa Rah tak akan bisa berhenti memarani kita penonton. Karena DIA tak bisa
lepas dari gelutan, sepak-terjang, terlak serta kuntauannya alam yang sama-kuat
dengan Dewa Rah itu.
3. Pada jari manis : Dewa Rah kurang
kuasa dari alam dan Undangnya.
Seandainya kemungkinan ini benar,
maka kita ingat pada nasibnya Dr. Frankenstein. Dia, seperti kita tahu,
membikin seorang raksasa. Dia menghidupkan kembali dengan jalan Ilmu Listrik satu
mayat. Tetapi otaknya mayat itu, ialah otaknya seorang bangsat. Raksasa yang
dihidupkan ini menjadi musuh mati-matian Dr. Frankenstein. Sang dokter terpaksa
lari bersembunyi saja, tak sanggup menentang buatannya sendiri. Kasihan pula
kita kalau Dewa Rah membikin Alam yang lebih berkuasa dari pembikin, ialah Rah
sendiri, sampai terpaksa lari bersembunyi.
Dr. Frakenstein bisa mencari tempat
bersembunyi. Tetapi kemanakah Dewa Rah akan bersembunyi? Bukankah semua yang
ada ialah alam yang takluk pada undangnya alam? Demikianlah menurut kemungkinan
yang terakhir ini Maha Dewa Rah mestinya takluk pada Alam. Sebagai bukti, ialah
dimana saja dan pada waktu mana saja undangnya alam tak pernah dan tak bisa
dapat bantahan.
Demikianlah kalau kita pakai pikiran
yang jernih, hati berani dan jujur, memikirkan, bahwa zat berasal pada Rohani,
kita mesti tersesat. Kita mesti akui, bahwa hakekat yang semacam itu
bertentangan dengan akal.
Gauthama Budha yang saya anggap ahli
filsafat MISTIKA yang terbesar, semenjak dunia ini diketahui, ahli filsafat
yang lebih besar pengaruhnya dari ahli filsafat Barat, dari Plato sampai Hegel,
lebih besar dari pada pengakuan Barat sendiri. Gauthama Budha yang sudah
mengakui, bahwa Rohaninya sudah bersatu padu dengan Roh Alam, sudah sampai ke
Nirwana jika disesakkan oleh muridnya dengan pertanyaan: apakah Roh Alam
(Rohani) itu sama dengan Jiwa (manusia?), terpaksa menjawab: "Pertanyaan
itu salah’’.
Artinya hal semacam itu jangan
ditanyakan. Artinya Budha sendiri tak bisa menjawab. Tiada pula kita heran
kalau ahli MISTIKA zaman sekarang, yang sebesar kaliber Mahatma Gandhi, kalau
ditanyakan apakah ahimsa itu, maka Sang Mahatma memakai cara menjawab yang oleh
Ahli Logika Yunani dinamai circulo in finiendo, ialah berputar-putar tak
habis-habisnya, seperti menghesta kain sarung.
Seperti Asia di jaman sekarang,
demikianlah Eropa di jaman tengah (tahun 478-1492) tak bisa bercerai dengan
persoalan creation, yakni timbulnya dunia yang tak bisa dipisahkan pula dengan
Deisme, ialah kerohanian. Pada zaman inilah scholastisme bersimaharajalela.
Tetapi pada masa dan sesudahnya
Revolusi Perancis (1789), maka filsafat itu tiada lagi dimulai dan diakhiri
dengan persoalan timbulnya dunia dan ke-Tuhanan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar