Blogroll

Rabu, 16 Mei 2012

makalah Amphibia


BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang

Amfibi muncul di bumi secara tiba-tiba dan tanpa nenek moyang apa pun. Evolusionis tidak dapat menjelaskan asal-usul kelompok makhluk hidup ini. Amphibi merupakan hewan dengan kelembaban kulit yang tinggi, tidak tertutupi oleh rambut dan mampu hidup di air maupun di darat. Amphibia berasal dari bahasa Yunani yaitu Amphi yang berarti dua dan Bios yang berarti hidup. Karena itu amphibi diartikan sebagai hewan yang mempunyai dua bentuk kehidupan yaitu di darat dan di air. Pada umumnya, amphibia mempunyai siklus hidup awal di perairan dan siklus hidup kedua adalah di daratan.

Pada fase berudu amphibi hidup di perairan dan bernafas dengan insang. Pada fase ini berudu bergerak menggunakan ekor. Pada fase dewasa hidup di darat dan bernafas dengan paru-paru. Pada fase dewasa ini amphibi bergerak dengan kaki. Perubahan cara bernafas yang seiring dengan peralihan kehidupan dari perairan ke daratan menyebabkan hilangnya insang dan rangka insang lama kelamaan menghilang. Pada anura, tidak ditemukan leher sebagai mekanisme adaptasi terhadap hidup di dalam liang dan bergerak dengan cara melompat.
Amphibia memiliki kelopak mata dan kelenjar air mata yang berkembang baik. Pada mata terdapat membrana nictitans yang berfungsi untuk melindungi mata dari debu, kekeringan dan kondisi lain yang menyebabkan kerusakan pada mata. Sistem syaraf mengalami modifikasi seiring dengan perubahan fase hidup. Otak depan menjadi lebih besar dan hemisphaerium cerebri terbagi sempurna. Pada cerebellum konvulasi hampir tidak berkembang. Pada fase dewasa mulai terbentuk kelenjar ludah yang menghasilkan bahan pelembab atau perekat.
Walaupun demikian, tidak semua amphibi melalui siklus hidup dari kehidupan perairan ke daratan. Pada beberapa amphibi, misalnya anggota Plethodontidae, tetap tinggal dalam perairan dan tidak menjadi dewasa. Selama hidup tetap dalam fase berudu, bernafas dengan insang dan berkembang biak secara neotoni. Ada beberapa jenis amphibi lain yang sebagian hidupnya berada di daratan, tetapi pada waktu tertentu kembali ke air untuk berkembang biak. Tapi ada juga beberapa jenis yang hanya hidup di darat selama hidupnya. Pada kelompok ini tidak terdapat stadium larva dalam air.

B.     Perumusan Masalah
Dari latar belakang penulisan di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
a)      Bagaimana karakteristik hewan Amphibia??
b)      Bagaimana pengklasifikasian hewan Amphibia??
c)      Bagaimana morfologi dan  fisiologi hewan Amphibia??
d)     System-system pada amphibi

C.    Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini  antara lain untuk memenuhi tugas semester pada mata kuliah  “Zoologi Vertebrata” mengenai kelas amphibia. Selain itu penulisan makalah ini juga bertujuan untuk memberikan informasi kepada para pembaca mengenai “Super-kelas Tetrapoda, khususnya Kelas Amphibia.

D.    Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan ini yaitu “Metode Kepustakaan”, pada Pada zaman modern ini metode kepustakaan tidak hanya berarti pergi ke perpustakaan tapi dapat pula dilakukan dengan pergi ke warung internet (warnet). Penulis menggunakan metode ini karena jauh lebih praktis, efektif dan efisien.













BAB II
PEMBAHASAN

A.    Karakteristik Amphibia
1.      Karakteristik Internal
Amphibia adalah vertebrata yang secra tepikal dapat hidup baik dalam air tawar dan di darat. Sebagian besar mengalami metamorfosis dari berudu ke dewasa, namun beberapa jenis amphibia tetap mempunyai insang selama hidupnya. Jenis – jenis yang sekarang ada tidak mempunyai sisik luar, kulit biasanya tipis dan basah.
Tengkorak lebar dan tertekan, dengan rongga otak yang kecil. Ada duakondil oksipital. Sabuk – sabuk dada (pektoral) dan sabuk – sabuk pinggang (pelvik) membantu kaki – kakinya dan menyokong tubuhnya.
Kolumna vertebralis mulai menunjukan deferensiasi menjadi daerah – daerah servikal (leher), badan, sakral, dan kaudal (ekor). Kaki – kaki depan umumnya dengan 4 buah jari, kaki belakang dengan 5 buah jari.
Telinga tengah, bila ada, mengandung ossikel auditori yang benar – benar terdiri atas 2 elemen ;
a)      Stapes
b)      Kolumella
Tidak ada telinga luar. Otak di bagi menjadi 5 bagian, dengan saraf kranial. Respirasi mungkin melalui insang, paru – paru, kulit, dan membran faringeal dan kloakal, dengan berbagai variasi kombinasi dari semuanya itu. Jantung mempunyai 2 atrium dan 1 ventrikel. Darah polmuner dan darah sistemik bercampur. Ada sistem porta ginjal yang dengan melalui vena abdominal berhubungan dengan porta hepatis. Telur terbungkus dalam pembungkus gelatinus, dan biasanya di letakkan dalam air.



2.      Karakteristik Eksternal
Tubuh terbagi menjadi kepala dan badan (tidak ada leher). Terdapat dua pasang apendiks lokomotor (yang belakang sangat panjang). Kulit lunak, tidak bersisik. Lubang hidung antori-dorsal,  mata  dorsal, besar,membran timpaniv, dorsal berada di belakang dekat mata. Mulut sangat lebar. Tiap tangan mempunyai 4 jari, jari kelima rudimenter. Tiap kaki mempunyai 5 buah jari dengan selaput antar jari – jari.
























B.     Klasifikasi Hewan Amphibi
Kingdom         : Animalia
Phylum           : Chordata
Sub Phylum    : Vertebrata
SuperClass      : Tetrapoda
Class               : Amphibia
Ada 3 bangsa dalam kelas Amphibia, yaitu ;
1.      Ordo Caudata (Urodela)
Adalah amfibia yang pada bentuk dewasa mempunyai ekor. Tubuhnya berbentuk seperti bengkarung (kadal). Beberapa jenis yang dewasa tetap mempunyai insang, sedang jenis – jenis lain insangnya hilang. Sabuk – sabuk skelet hanya kecil bantuannya dalam menyokong kaki. Tubuh dengan jelas terbagi kedalam kepala, badan, dan ekor. Kaki – kakinya kira – kira sama besar. Jika akuatis, bentuk larva sama seperti yang dewasa. Dari larva menjadi dewasa memerlukan waktu beberapa tahun. Contoh ; Megalobatrachus japonicus (salamander raksasa, Cina dan Jepang, kira – kira 150 cm)Ambystoma tigrinum (dewasa tidak mempunyai insang), Hynobius sp., dan Ranodon sp., (terdapat di Asia),katak pohon (Polypedates sp.)

http://artofgreen.files.wordpress.com/2010/06/dsc05169.jpg 










2.      Ordo Salientia (Anura)
Pandai melompat. Pada hewan dewasa tidak ada ekor. Hewan dewasa bernapas dengan paru – paru. Kaki dan skeleton sabuk tumbuh baik. Kepala dan tubuh bersatu, tidak ada leher, tidak ada ekor. Kaki depan pendek, kaki belakang besar, kuat untuk melompat. Antara jari – jari kaki dan selaput (kulit) untuk berenang. Vertebrae ada 10. Tidak ada rusuk (atau tereduksi). Fertilisasi eksternal. Larva (berudu) dengan ekor dan sirip – sirip median. Metamorfosis nyata dan mencolok. Contoh ;  katak bengkoang (Bufo terretris, Bufo boreas), dan kodok hijau (Rana pipiens).
http://artofgreen.files.wordpress.com/2010/06/68162_kodok_spesies_baru_thumb_300_225.jpg 







3.      Ordo Apoda (Gymnophiona)
http://artofgreen.files.wordpress.com/2010/06/northernleopardfrog2.jpgTengkorak kompak, banyak vertebrae, rusuk panjang, kulit lunak dan menghasilkan ccairan yang meransang. Antara mata dan hidung ada tentakl yang dapat di tonjolkan. Mata sebagai mata vestigal. Mata tidak mempunyai kelopak. Ekor pendek. Jantan dan organ kopulasi yang dapat di tonjolkan keluar. Serupa cacing, tiada berkaki, menggali lubang. Sisik – sisik dermal (asal mesodermal) terpendam dalam kulit. Ovipar atau ovivipar. Hanya terdapat di daerah tropis. Contoh ; Icthyosis glutinosis






C.    Fisiologi Amphibi
a.      System Digestoria (Pencernaan)
Sistem pencernaan makanan pada amfibi hampir sama dengan ikan, meliputi saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan. Salah satu binatang amphibi adalah katak. Makanan katak berupa hewan-hewan kecil (serangga). Secara berturut-turut saluran pencernaan pada katak meliputi:
1.      Rongga mulut.
Gigi tumbuh pada rahang atas dan langit-langit. Gigi yang tumbuh di langit-langit disebut gigi vomer. Setiap kali tanggal, akan tumbuh gigi baru sebagai ganti. Lidah pada katak bercabang dua dan berfungsi sebagai alat penangkap mangsa. Jika ada serangga, katak menjulurkan lidahnya dan serangga itu akan melekat pada lidah yang berlendir.
2.      Esophagus. Berupa saluran pendek (kerongkongan).
3.      Ventrikulus (lambung).
Berbentuk kantung yang bila terisi makanan menjadi lebar. Lambung katak dapat dibedakan menjadi 2, yaitu tempat masuknya esofagus dan lubang keluar menuju usus. Di dalam lambung makanan dicerna kemudian masuk ke usus halus. 
4.      Intestinum (usus). Dinding usus mengandung kapiler darah dan di sisi sari-sari makanan diserap.  Dapat dibedakan atas usus halus dan usus tebal (besar). Usus halus meliputi: duodenum, jejenum, dan ileum, tetapi belum jelas batas-batasnya. Dinding usus halus mengandung kapiler darah yang berfungsi untuk menyerap sari-sari makanan. 
5.      Usus tebal (besar). Berakhir pada rektum dan menuju kloaka, dan
6.      Kloaka.
Merupakan muara bersama antara saluran pencernaan makanan, saluran reproduksi, dan urine.







https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgMOzuMjOlTRI4tb1jWyTiHJtEsCUfn39huNiABNKgVBcj0AQ7N7PxVl_GHnEmFvGFwyiCsA3H9qFWaivIASNKZ35KN363VO_1JYnuOqV6YQETHPXcsH2uRZiGgFTMi4ZvZg5aY63WTYwbs/s1600/Pencernaan_katak.jpg




System Pencernaan pada Katak.
 
 










Kelenjar pencernaan pada amfibi terdiri atas kelenjar ludah hati dan pankreas. Hati berwarna merah kecoklatan, terdiri atas lobus kanan yang terbagi lagi menjadi dua lobulus. Hati berfungsi mengeluarkan empedu yang disimpan dalam kantung empedu yang berwarna kehijauan. Pankreas berwarna kekuningan, melekat diantara lambung dan usus dua belas jari (duodenum). Pankreas berfungsi menghasilkan enzim dan hormon yang bermuara pada duodenum.
b.      System Circulatoria (Peredaran Darah)
Sistem peredaran darah katak berupa system peredaran darah tertutup dan peredaran darah ganda. Pada system peredaran darah ganda, darah melalui jantung dua kali dalam satu kali peredaran. Pertama, darah dari jantung menuju ke paru-paru kemudian kembali ke jantung. Kedua, darah dari seluruh tubuh menuju ke jantung dan diedarkan kembali ke seluruh tubuh.
Jantung katak terdiri dari tiga ruang, yaitu dua atrium (atrium kanan dan atrium kiri) dan sebuah ventrikel. Di antara atrium dan ventrikel terdapat klep yang mencegah agar darah di ventrikel tidak mengalir kembali ke atrium.
Darah yang miskin oksigen dari berbagai jaringan dan organ-organ tubuh mengalir ke sinus venosus menuju atrium kanan. Darah dari atrium kanan mengalir ke ventrikel, kemudian menuju ke arteri pulmonalis dan masuk ke paru-paru. Di paru-paru, karbon dioksida dilepaskan dan oksigen diikat. Dari paru-paru darah mengalir ke vena pulmonalis, kemudian menuju atrium kiri. Peredaran darah yang terjadi ini merupakan peredaran darah kecil. selanjuntnya, dari atrium kiri darah mengalir ke ventrikel. Di dalam ventrikel terjadi pencampuran darah yang mengandung oksigen dengan darah yang mengandung karbon dioksida, meskipun dalam jumlah yang sedikit. Dari ventrikel, darah keluar melalui traktus arteriosus (batang nadi) ke aorta yang bercabang ke kiri dan ke kanan. Masing-masing aorta ini bercabang-cabang menjadi tiga arteri pokok, yaitu arterior (karotis) mengalirkan darah ke kepala dank e otak, lengkung aorta mengalirkan darah ke jaringan internal dan alat dalam tubuh, dan arteri posterior mengalirkan darah ke kulit dan paru-paru.
Darah katak terdiri dari plasma darah dan sel-sel darah. Plasma darah mengandung air, protein, darah, dan garam-garam mineral. Sel-sel darah terdiri dari eritrosit (sel darah merah) dan leukosit (sel darah putih). Eritrosit pada katakmemiliki inti dan mengandung hemoglobin untuk mengikat oksigen. Leukosit pada katak juga memiliki inti. Selain memiliki sitem peredaran darah, katak juga memilki sistem peredaran limfe. System peredaran limfe berperdan penting dalam pengambilan cairan tubuh ke dalam peredaran darah.
c.       System Respiratoria (Respirasi/Pernapasan)
Alat pernapasan pada amphibia, misalnya katak, berupa paru-paru, kulit, dan insang. Pada stadium larva (berudu), hewan ini bernapas dengan insang luar. Insang luar berupa tiga pasang lipatan kulit yang banyak mengandung pembuluh kapiler darah. Oksigen yang larut dalam air di sekeliling insang berdifusi ke dalam kapiler-kapiler darah dan berdar ke seluruh jaringan tubuh. Karbondioksida dibawa kembali oleh darah ke alat pernapasan untuk dikeluarkan dari tubuh.
Paru-paru katak berjumlah sepasang. Struktur paru-paru katak berupa kantong tipis yang elastis, dilengkapi dengan lipatan-lipatan pada permukaan dinding dalamnya yang berguna untuk memperluas permukaan. Pada permukaan dinding dalam terdapat kapiler-kapiler darah yang berfungsi mengangkut oksigen dari paru-paruke jaringan-jaringan lain dan melepas karbon dioksida ke paru-paru.
Ø  Mekanisme pernapasan katak
Pada saat katak berinspirasi atau menghirup oksigen dan berekspirasi mengeluarkan karbom dioksida, mulut katak selalu dalam keadaan tertutup. Pernapasan pada katak diatur oleh kontraksi dan relaksasi otot perut dan otot rahang bawah.
a.       Inspirasi
Mula-mula tenggorokan bergerak ke bawah sehingga rongga mulut membesar. Hal ini menyebabkan udara masuk melalui lubang hidung ke rongga mulut. Kemudian lubang hidung tertutup oleh diikuti dengan berkontraksinya otot rahang bawah yang menyebabkan rongga mulut mengecil.
Dengan mengecilnya rongga mulut, udara terdorong masuk ke paru-paru. Di paru-paru, oksigen diikat oleh kapiler darah lalu diedarkan ke seluruh tubuh.
b.      Ekspirasi
Fase ini diawali dengan mengendurnya otot rahang bawah dan berkontraksinya otot perut, sehingga paru-paru menegcil dan udara terdorong ke rongga mulut. Sementara itu, celah tekak menutup sehingga terjadi kontraksi rahang bawah. Akibatnya, rongga mulut mengecil sehingga mendorong udara kaya oksigen.
Pernapsan dengan kulit berlangsung pada ampbibia sewaktu di darat dan di air. Kulit katak selalu basah agar dapat berfungsi sebagai alat pernapasan. Kulit katak sangat tipis, mengandung kapiler darah dan dilengkapi dengan kelenjar-kelenjar penghasil lendir di bagian dermis dan di bawah kulit.


d.      System Uro-Genatalis (Pengeluaran)
Alat ekskresi utama pada katak adalah sepasang ginjal (opistonefros) yang terletak di kanan dan kiri tulang belakang. Ginjal berwarna merah kecoklat-coklatan. Ginjal sebagai alat penyaring akan mengeluarkan zat sisa, yaitu garam-garam mineral dan cairan dari darah. Saluran ekskresi katak merupakan sepasang saluran yang akan bermuara di kloaka. Pada katak jantan, saluran ginjal dan saluran kelaminnnya menyatu, sedangkan pada katak betina tidak.
e.       System Reproduktivita (Reproduksi)
Kelompok amphibia, misalnya katak, merupak jenis hewan ovipar. Katak betina dan katak jantan tidak memiliki alat kelamin luar. Pembuahan katak juga terjadi di luar tubuh. Pada saat kawin, katak betina dan katak jantan akan melakukan ampleksus, yaitu katak jantan akan menempel pada punggung katak betina dan menekan perut katak betina. Kemuidan katak betina akan mengeluarkan ovum ke dalam air. Setiap ovum yang dikeluarkan katak betina diselaputi oleh selaput telur atau membran vitelin. Sebelumnya, ovum katak yang telah matang dan berjumlah sepasang ditampung oleh suatu corong. Perjalanan ovum dilanjutkan melalui saluran telur atau oviduk. Dekat opangkal oviduk pada katak betina dewasa, terdapat saluran yang menggembung yang disebut kantung telur atau uterus. Oviduk katak betina terpisah dengan ureter (saluran kemih). Oviduk berkelok-kelok dan bermuara di kloaka.
Segera setelah katak betina mengeluarkan ovum, katak jantan juga akan menyusul mengeluarkan sperma. Soperma yang dihasilkan oleh testis yang berjumlah sepasang dan disalurkan ke dalam saluran sperma (vas deferens). Vas deferens katak jantan bersatu dengan ureter (saluran kemih). Dari vas deferens sperma bermuara di kloaka. Setelah terjadi fertilisasi eksternal, ovum akan diselimuti oleh cairan kental, sehingga kelompok telur tersebut berbentuk gumpalan telur.
Gumpalan telur yang telah dibuahi kemudian berkembang menjadi berudu. Berudu awal yang keluar dari gumpalan telur bernafas dengan insang dan melekat pada tumbuhan air dengan alat isap. Makanannya berupa pitoplankton sehingga berudu tahap awal merupakan herbivor. Berudu awal berkembang lebih lanjut dari herbivor menjadi karnivor atau insektivor (pemakan serangga). Bersamaan dengan itu mulai terbentuk lubang hidung dan paru-paru, serta celah-celah insang mulai tertutup. Selanjutnya, celah insang digantikan dengan anggota gerak depan.
Setelah tiga bulan sejak terjadi fertilisasi, mulailah terjadi metamorfosis. Anggota gerak depan menjadi sempurna. Anak katak mulai berani muncul ke permukaan air, sehingga paru-parunya mulai berfungsi. Pada saat itu, anak katak bernafas dengan dua organ, yaitu insang dan paru-paru. Kelak fungsi insang berkurang dan menghilang, sedangkan ekor makin memendek hingga akhirnya lenyap. Pada saat itulah metamorfosis katak selesai.




















BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan :
a.       Amphibi terdiri dari 3 ordo (bangsa).
b.      Katak termasuk dalam kelas amphibia
c.       Sistem peredaran darah katak berupa sistem peredaran darah tertutup dan peredaran darah ganda.
d.      Saluran pencernaan katak terdiri dari mulut, kerongkongan, lambung usus, dan kloaka.
e.       Alat pernapasan pada katak berupa paru-paru, kulit, dan insang.
f.       Alat ekskresi utama pada katak adalah sepasang ginjal (opistonefros) yang terletak di kanan dan kiri tulang belakang.
g.      Reproduksi pada katak terjadi secara eksternal dan cara ovipar dengan perilaku ampleksus. Ovum yang telah dibuahi oleh sperma akan berkembang menjadi berudu dan mengalami metamorfosis sehingga menjadi katak dewasa.












DAFTAR PUSTAKA


Jasin, Maskoeri.1992.Zoologi Vertebrata.Sinar Wijaya:Surabaya Hal 73-84
http://www.mykunci.com/info/struktur-luar-amphibi.html.
http://widhy-unindra4.blogspot.com/2008/10/sistem-peredaran-darah-pada-hewan.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar